VdBackground 01.jpg

Perjalanan Kerajaan Nusantara di Jawa Barat

Print
Created on Monday, 09 January 2023 Last Updated on Tuesday, 10 January 2023 Written by Phi-D


Kabupaten Bogor termasuk kota yang kaya dengan nilai sejarah dan merupakan bagian dari Tanah Pasundan. Pada masa lampau, Tanah Pasundan merupakan sebutan untuk wilayah Jawa Barat. Catatan sejarah telah mencatat setidaknya ada 6 (enam) kerajaan yang pernah menjadikan wilayah Jawa Barat sebagai bagian daerah kekuasaan kerajaan, dimulai dari Kerajaan Aruteun atau Kerajaan Holotan sampai Kerajaan Pajajaran.

Berikut ini adalah catatan singkat tentang kerajaan-kerajaan tersebut:

Kerajaan Holotan

Kerajaan yang didirikan diperkiraan tahun 430M ini sering disebut sebagai Kerajaan Aruteun, karena memang berada di muara sungai Aruteun di daerah desa Ciaruteun Ilir, dan merupakan kerajaan yang jarang sekali terdengar namanya. Tetapi kerajaan ini adalah kerajaan Hindu tertua di pulau Jawa. Namun karena merupakan kerajaan kecil, beberapa sejarah menganggapnya hanya sebagai Kota Holotan, dan bukan sebuah kerajaan.

Tetapi kenapa beberapa sejarawan menganggap ini sebagai kerajaan Hindu tertua di pulau Jawa? Karena menurut catatan sejarah dari Dinasti Sung di China (masa pemerintahan: 420 – 478M), disebut bahwa Kerajaan Holotan dari Jawa Barat, membawa upeti kepada Kerajaan China pada tahun 430M, 433M, 434M, 437M dan 452M. Namun setelah tahun tersebut, Kerajaan Holotan tidak lagi mengirimkan upeti. Bisa jadi kerajaan ini telah dikuasai oleh Kerajaan Tarumanegara.

Kerajaan Tarumanegara

Sejarah sering menuliskan Kerajaan Tarumanegara, atau sering disebut Kerajaan Taruma, sebagai Kerajaan Tertua kedua di Nusantara, setelah Kerajaan Kutai. Kerajaan bercorak Hindu ini pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada sekitar abad ke-5 sampai abad ke-7 Masehi. Bukti tertua peninggalan arkeologi dari kerajaan ini adalah prasasti Ciaruteun, berupa batu peringatan dari abad ke-5 Masehi yang ditandai dengan bentuk tapak kaki raja Purnawarman.

Sebenarnya, Kerajaan Tarumanegara telah didirikan sejak tahun 358M (sekitar abad ke-4) oleh Maharesi Jayasingawarman yang berasal dari India. Namun tidak banyak catatan sejarah yang menuliskan tentang raja ini. Catatan sejarah malah mencatat banyak kisah tentang Raja Purnawarman, raja ketiga dari Kerajaan Tarumanegara, yang memerintah pada periode tahun 395-434 M. Raja Purnawarman inilah yang berhasil membawa Kerajaan Tarumanegara mencapai kejayaan. Dan pada masa kepemimpinannya di tahun 397 masehi, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan bernama Sundapura di kawasan pantai. Kerajaan ini kemudian mulai kehilangan masa kejayaannya di masa pemerintahan Raja Linggawarman, yang memerintah pada periode tahun 666-669 M.

Kerajaan Galuh

Kerajaan Galuh adalah kerajaan penerus dari Kerajaan Kendan yang wilayah kekuasaannya berada di daerah Bandung, dimana Kerajaan Kendan adalah kerajaan bawahan dari Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Galuh memilih untuk menjadi kerajaan mandiri yang terlepas dari Kerajaan Tarumanegara, selepas kematian dari Raja Linggawarman.

Hal ini terjadi karena kematian Raja Linggawarman dari Tarumanegara, membuat tampuk kekuasaan berpindah ke menantunya Sri Maharaja Tarusbawa, yang berkuasa di Sundapura, yang adalah ibu kota Kerajaan Tarumanegara, salah satu wilayah di bawah Tarumanagara. Karena Tarusbawa memindahkan kekuasaan Tarumanagara ke Sundapura dan melakukan berbagai kebijakan politik baru, maka Kerajaan Galuh, yang kala itu dipimpin oleh Wretikandayun (berkuasa dari tahun 612M), memilih untuk berdiri sebagai kerajaan mandiri. Namun Kerajaan Galuh dan Sunda sepakat berbagi wilayah dan menjadikan Sungai Citarum sebagai batasnya. Kerajaan Galuh berkuasa dalam periode tahun 516 hingga tahun 852M.

Kerajaan Sunda

Setelah kematian Raja Linggawarman dari Tarumanegara, Sri Maharaja Tarusbawa, menantu Linggawarman yang lahir dan besar di Sundapura, menerima tampuk kekuasaan dan memindahkan kekuasaan Tarumanegara ke Sundapura. Kala itu, Sundapura bukan hanya menjadi pusat kekuasaan politik, tetapi juga bandar perdagangan maritim antar negara.

Tarusbawa bertekad mengembalikan kejayaan Tarumanegara. Dan ini dilakukannya dengan menyusun berbagai strategi politik, misalnya dengan mengganti nama Sundapura menjadi Sunda Sembawa, yang berarti Tanah Kabuyutan/Tanah Leluhur. Lalu Tarusbawa dengan segera mengambil tindakan untuk memindahkan ibukota Kerajaan dari Sundapura ke wilayah pedalaman, yang jauh dari pantai. Saat ini, wilayah pedalaman itu berada di sekitar Pakuan, kota Bogor. Hal ini menyebabkan Sunda Sembawa hanyalah menjadi bandar perdagangan maritim.

Dan hal paling kontroversi yang dilakukan Sri Maharaja Tarusbawa adalah mengganti nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Hal ini menyebabkan protes Kerajaan Galuh, sehingga melepaskan diri dari kepemimpinan Kerajaan Tarumanegara, yang dianggap sudah berakhir. Semua tindakan Tarusbawa membuatnya tercatat dalam sejarah sebagai sebagai Raja pertama dari Kerajaan Sunda, dan memerintah di periode tahun 669-723 M.

Kerajaan Sunda: Kawali

Kerajaan Kawali sebenarnya merupakan Kerajaan Sunda Galuh, yang ibu kota kerajaannya berada di Kawali, yang sekarang adalah daerah Ciamis. Sebenarnya ada begitu banyak intrik di dalam pemerintahan kerajaan Sunda, sehingga ini membuat raja Sunda yang dilantik sering memindahkan pusat kerajaannya demi keberlangsungan hidup rajanya. Sebagai contoh, kehadiran orang Galuh sebagai Raja Sunda di Pakuan waktu itu belum dapat diterima secara umum, sama halnya dengan kehadiran Sanjaya dan Tamperan sebagai orang Sunda di Galuh. Dan pada kasus terekstrimnya, Prabu Darmaraksa (891 - 895) dibunuh oleh seorang menteri Sunda yang fanatik.

Itu sebabnya, jika menelisik catatan raja-raja Sunda, seringkali didapati beberapa catatan tahun yang terlihat “hilang” atau terputus dalam catatan sejarah Kerajaan Sunda. Sebagai contoh, laman Wikipedia menyebutkan bahwa Raja pertama Kerajaan Sunda adalah Sri Jayabhupati, berdasarkan prasasti Sanghyang Tapak (1030 M). Namun sejarah silsilah raja-raja Sunda menyebutkan bahwa ayah Sri Jayabupati berkedudukan di Galuh, Sri Jayabupati di Pakuan, tetapi puteranya berkedudukan di Galuh lagi. Dua raja berikutnya (Raja Sunda ke-22 dan ke-23) memerintah di Pakuan. Raja ke-24 memerintah di Galuh dan raja ke-25, yaitu Prabu Guru Darmasiksa mula-mula berkedudukan di Saunggalah, kemudian pindah ke Pakuan. Puteranya, Prabu Ragasuci, berkedudukan di Saunggalah dan dipusarakan di Taman, Ciamis. Itu sebabnya, urutan tahun penguasa Kerajaan Sunda bisa berbeda-beda, tergantung bukti sumber yang digunakan sebagai bahan referensi penulisan.

Kerajaan Sunda: Pajajaran

Kerajaan Sunda Pakwan Pajajaran atau Kerajaan Pakuan atau Kerajaan Pajajaran adalah ibu kota dari Kerajaan Sunda yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di Tatar Pasundan, wilayah barat pulau Jawa. Pada masa lalu, di Asia Tenggara terdapat kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya, sehingga Kerajaan Sunda sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.

Namun seperti yang disebutkan di atas, Kerajaan Pajajaran ini termasuk di dalam Kerajaan Sunda, namun memiliki Ibu Kota Kerajaan di Pakuan, kota Bogor sekarang ini. Raja yang paling terkenal di Kerajaan Pajajaran ini adalah Sri Baduga Maharaja, yang dalam bahasa Sunda bernama Prabu Siliwangi, atau juga dikenal sebagai Ratu Jayadewata. Prabu Siliwangi adalah lahir pada tahun 1401 M di Kawali Ciamis, membawa Kerajaan Sunda pada masa kejayaan sewaktu dilantik sebagai raja Sunda pada tahun 1482–1521M.

Sebenarnya prasasti Batutulis menuliskan catatan sejarah bahwa Prabu Siliwangi dinobatkan sebanyak dua kali. Penobatan pertama yaitu saat menyandang gelar Ratu Jayadewata untuk menerima tahta Kerajaan Galuh di Kawali Ciamis dari ayahnya Prabu Dewa Niskala. Yang kedua ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda di Pakuan Bogor dari mertua dan uwanya, Prabu Susuktunggal. Dua penobatan ini menjadikan Prabu Siliwangi sebagai penguasa Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Untuk itu, Prabu Siliwangi dinobatkan dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.

Dan saat pemerintahannya, ada begitu banyak hal hebat yang dirancang oleh Prabu Siliwangi, salah satunya adalah Hutan Samida, yang lokasinya berada di area Kebun Raya Bogor [Silakan lihat keindahan wisata budaya di Kota Bogor pada Sosial Media YouTube milik akun @eldadido pada tautan Wisata Budaya Nusantara: Kebun Raya Bogor]. Hutan Samida ini merupakan bukti kearifan lokal budaya Nusantara yang sangat peduli pada alam dan dunia botani. Dimana Hutan Samida, merupakan hutan buatan yang berfungsi untuk melindungi banyak pohon dan melestari bibit pohon-pohon langka di Nusantara.

[Baca juga: Kebun Raya Bogor, Taman Botani dengan Segudang Sejarah]

Referensi artikel: Kerajaan di Bogor (© Okezone Nasional)  |  Kota Hilang Holotan (© Balai Arkeologi Jawa Barat)
Kerajaan Tarumanegara (©Wikipedia)
Artikel ini ditulis sebagai salah satu materi ajar dalam el-Science, Sistem Pendidikan Modern (www.eldadido.com)

 

Hits: 322