VdBackground 02  .jpg

Mengapa Manusia HARUS Selalu SUKA Belajar?

Print
Created on Tuesday, 13 October 2020 Last Updated on Saturday, 01 May 2021 Written by Phi-D


Dalam kehidupan, semua manusia mendapatkan pengajaran dan dididik sejak mereka mulai lahir di dunia ini. Sebagai contoh, seorang bayi yang baru lahir, pasti diajarkan untuk melindungi diri dari dingin dengan diberikan baju dan selimut yang hangat. Bayi pun diajarkan secara naluri untuk menangis jika mereka merasa lapar atau merasa tidak nyaman.
 

Dan seraya usia bertambah, pengajaran dan didikan yang diberikan kepada manusia akan semakin bertambah dan semakin kompleks. Itu sebabnya, saat seorang anak SD kelas 1 mengerjakan ujiannya, mereka tampak tertekan. Tetapi anak SD kelas 3 yang mengerjakan ujian anak SD kelas 1 malah menganggap ujian tersebut sebagai ajang main-main saja, karena soal yang diberikan di ujian SD kelas 1 sangatlah mudah dikerjakan dan dipahami oleh anak SD kelas 3 [Baca juga bahwa belajar butuh tindakan nyata di: Belajar dari Bohlam Lampu].

Jadi...
Memang...
pengajaran dan pendidikan selalu diberikan dan didapatkan dengan porsi yang selalu bertambah ke semua manusia yang hidup, tanpa terkecuali [Baca juga: Adakah Keuntungan Mempekerjakan Tenaga Profesional Ahli?].

Namun....
Terkadang...
Ada pertanyaan yang timbul...
Mengapa manusia dewasa, yang sudah memiliki banyak pengalaman dan mendapatkan berlimpah pengetahuan serta beragam pendidikan masih sering sulit memahami pengetahuan dan pemahaman baru?

Perubahan Itu Selalu Ada dan Nyata

Seperti yang terjadi saat usia sekolah, seraya usia bertambah, maka pengetahuan yang didapatkan pun selalu bertambah. Itu sebabnya, seraya seorang manusia tahu hal yang baru, maka selalu saja ada hal baru lainnya lagi yang harus dia pelajari. Dan proses ini akan terus ada, karena pengetahuan dan pemahaman selalu berubah dan berbeda mengikuti perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup manusia [Baca juga: Apakah Pintar saja Cukup?]. Dan karena perkembangan dan perubahan selalu mewarnai kehidupan manusia, maka terkadang ada efek lain yang terjadi. Ya, perubahan sering menghasilkan perbedaan dan memicu kesalah-pahaman antar manusia, antar generasi, antar negara, antar budaya, antar kepentingan, dan seterusnya.

Lalu...
Sebenarnya...
Seperti apa sih otak manusia mengolah pengetahuan dan pemahaman untuk mencerdaskan pemikirannya? Mengapa sering terjadi perubahan dalam pemikiran manusia? Kenapa sampai terjadi perbedaan dalam pemahaman jika semua manusia memiliki data dan informasi yang sama?

Perbedaan Cara Mengkomunikasikan Pemikiran

Meski semua manusia secara fisik itu sama, memiliki dua mata, satu hidung, satu mulut, tetapi secara pemikiran dan pengalaman hidup, manusia itu berbeda-beda. Itu sebabnya, saat menerima data dan informasi yang sama, setiap manusia bisa jadi memiliki perbedaan dalam cara mengkomunikasikan pemikirannya [Baca juga: Kenapa Orang Pintar itu "Bodoh"?].

Coba perhatikan sebuah gambar yang dibagikan di grup sosial media saya pada tanggal 16 Agustus 2020 di bawah ini. Gambar ini mencoba untuk menggambarkan secara humoris tentang apa yang sedang terjadi di otak manusia saat mereka melihat sebuah data, memahami suatu informasi, mengumpulkan pengetahuan, mendapatkan pemahaman, menghasilkan hikmah/kebijakan dalam hidup, serta saat merancang suatu teori konspirasi untuk mengarahkan manusia agar menyetujui pemikiran mereka dan memberikan dukungan pada visi, misi dan tujuan jangka panjang para konspirator, pemikir dan perancang teori konspirasi.



Dari gambar ini...
akhirnya dapat dipahami...

Ternyata....

Memang terdapat
PERBEDAAN mencolok
cara mengkomunikasikan
pemikiran manusia...
antara yang...
... memiliki data
... mendapat informasi
... mengolah pengetahuan
... membentuk pemahaman
... memperoleh hikmat/kebijakkan
... merancang  teori bagi konspirasi

Berikut ini adalah penjelasan terperinci tentang gambar di atas.

Data, atau sering disebut data mentah, adalah fakta yang bersifat kaku. Sumbernya pada umumnya adalah hasil pengumpulan dari polling atau survei yang bersumber dari masyarakat. Data mentah, seringkali bersifat netral sehingga dapat diberikan banyak makna, dapat digunakan untuk membuat banyak kesimpulan, serta bukan merupakan suatu ilmu yang dapat dibakukan. Hal ini disebabkan karena suatu data sangat sulit dipahami oleh orang-orang biasa. Itu sebabnya, data hanya dijadikan sumber masukan bagi para ahli analis yang sangat cerdas dalam mengolah riset mendalam untuk membentuk suatu informasi atau pun merumuskan pengetahuan [Baca juga bahwa data yang akurat dapat mengubah tampilan sebuah sungai kumuh di: Perjalanan Sungai Cheonggyecheon, dari Kumuh menjadi Modern].

Informasi adalah hasil pengolahan data untuk memberikan gambaran dari data. Informasi sering kali bersifat dinamis karena setiap orang dapat menanggapi data dalam informasi dengan cara berpikir yang berbeda-beda. Sumbernya biasanya ditulis oleh para jurnalis atau penulis ilmiah, tetapi dapat juga diceritakan secara lisan dari satu orang ke orang-orang lainnya.
Beberapa informasi yang ditulis oleh jurnalis sering menjadi informasi berita yang sifatnya sangat cepat berubah, mengikuti perkembangan terkini. Sedangkan informasi yang ditulis oleh para penulis ilmiah seringkali merupakan hasil pengolahan data sains sehingga menjadikan data tersebut sebagai informasi saintis dan sifatnya tidak terlalu cepat berubah [Baca juga: Belajar dari Tissue].

Pengetahuan adalah informasi yang diserapkan oleh akal dan pikiran untuk diinterpretasikan dan diintegrasikan. Itu sebabnya, pengetahuan dapat dibentuk setelah informasi-informasi yang terpencar dihubungkan satu dengan yang lainnya. Dan inilah yang membuat pengetahuan bersifat transeden (luar biasa) karena dapat membuat perubahan pada pemikiran manusia serta membantu untuk mengembangkan diri secara luar biasa.  Sumber pengetahuan umumnya merupakan hasil pemikiran dari orang-orang yang genius dan pintar, yang kemudian membentuk data dan informasi menjadi suatu teori, konsep dan perumusan dasar, seperti yang dilakukan oleh ilmuan-ilmuan termasyur Albert Einstein, Isaac Newton, Galileo Galilei, dan sebagainya [Baca juga: Adakah Keuntungan Mempekerjakan Tenaga Profesional Ahli?].

Pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti secara jelas dan jernih setelah mendapatkan atau mengingat pengetahuan yang dirumuskan dalam bentuk teori dan konsep oleh para ilmuan atau para pemikir [Baca juga: Kebiasaan-kebiasaan dari Para Pemikir Strategi Sejati]. Sumbernya adalah hasil perenungan mendalam dari orang-orang cerdas. Contohnya adalah para penemu inovasi seperti Thomas Alva Edison, Steve Jobs, Wright bersaudara, dan sebagainya.

Dan...

Seperti diilustrasikan gambar,
pemahaman setiap orang dapat
aktif pada titik-titik yang berbeda.

Apa artinya ini?

Hal ini turut menjelaskan bahwa minat, hobi, pengalaman, dan pengetahuan yang diserap oleh satu orang dapat berbeda dari orang yang lainnya, sehingga membentuk pemahaman yang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Dan ini pastinya menguntungkan karena inovasi pada akhirnya dapat dinikmati di berbagai bidang kehidupan.

Memang...
Secara sekilas...
antara pengetahuan dengan pemahaman terlihat mirip-mirip alias tidak ada bedanya. Lalu, apa sih sebenarnya yang membedakan pengetahuan dan pemahaman?

Silakan pertimbangkan kasus sejarah berikut ini untuk dapat membedakan antara pemahaman dan pengetahuan.

Saat pertama kali Albert Einstein menemukan teori relativitas dan melakukan percobaan pertama terhadap reaktor nuklir dengan meyempurnakan pemikiran dari ilmuan Rutherford, Einstein hanya dapat menemukan energi yang dihasilkan reaktor tersebut sangat lemah. Jadi baik Einstein maupun Rutherford sangat yakin bahwa siapapun yang mengharapkan sumber tenaga dari perubahan atom-atom ini tidak akan mendapat apa-apa karena tidak akan ada cara untuk membangkitkan energi nuklir. Itu sebabnya, Einstein sepenuhnya yakin bahwa energi atom tidak akan dapat menjadi senjata yang berbahaya bagi manusia.

Namun apa yang terjadi?
Benarkah teori...
  ... tidak selalu "seindah" praktek?

Hampir 13 tahun kemudian...
setelah Einstein mengemukakan teorinya yang legendaris itu, Einstein sendiri, dan bahkan para ilmuwan yang meneliti tentang senjata, dibuat kaget dan ketakutan akan kekuatan bom berbasis nuklir yang dijatuhkan pertama kali di Hiroshima dan Nagasaki. Hasil penelitian Einstein pada reaktor nuklir yang menghasilkan energi lemah malah membuka jalan bagi ilmuwan lain untuk menambah kekuatan Uranium dan Plutonium yang kemudian menciptakan bom atom pertama yang maha dasyat.

Hal ini membuat Einstein merasa bertanggung jawab pada hasil pemikirannya. Selama sisa hidupnya, Einstein menetapkan tujuan hidup yang berbeda dengan terus berjuang melalui berbagai kampanye bersama para ilmuan lainnya untuk menentang penggunaan energi nuklir dalam senjata militer.

Jadi...
dari sekilas sejarah di atas....
dapat diambil kesimpulan bahwa...

Rutherford dan Einstein adalah orang-orang yang dapat mengolah data dan informasi untuk membentuk teori, konsep, dan perumusan sebagai dasar untuk mengembangkan PENGETAHUAN.

Sedangkan para penemu bom nuklir yang mengembangkan pemikiran dari Albert Einstein dengan teori relativitasnya berada di kelompok orang-orang yang memiliki PEMAHAMAN mengenai teori, konsep, rumus dari pengetahuan secara jelas dan jernih untuk membuat implementasi atau pun penerapan praktikal bagi manusia.

Itu sebabnya...

Pada dasarnya...
manusia disebut makhluk sosial....
karena saling membutuhkan untuk
saling melengkapi  satu  sama lain.

[Baca selanjutnya tentang apa itu kebijakan dan teori konspirasi di: Mengapa Manusia Sering Berbeda dalam Berpikir?]

Jadi...
sangatlah tepat...
jika semua manusia
HARUS menyukai untuk
TERUS belajar selama
mereka hidup...

Dengan melakukan ini, semua manusia dapat memperkaya pengetahuan, meningkatkan pemahaman, memperbanyak keterampilan, dan bahkan merangkul semua perbedaan secara dewasa dengan cara berpikir yang terbuka dan konstruktif [Baca juga bahwa asumsi dapat membuat seseorang salah berpikir, tetapi pengalaman dapat membuatnya lebih berani hadapi tantangan di: Belajar dari Florence Chadwick].

Aza-aza FIGHTING.

Sumber gambar:  dibagikan oleh seorang kawan di grup Sosial Media.
Artikel ini ditulis sebagai salah satu materi ajar dalam el-Science, Sistem Pendidikan Modern (www.eldadido.com)

Hits: 702